Cinta Diam-Diam


Kadang mencintai orang secara diam-diam itu indah, tapi menyakitkannya lebih dominan. Kadang mencintai orang secara diam-diam, membuat kita menyalahkan dia. Padahal dia tidak salah, ah... mungkin sedikit. Karena dia tidak pernah tau yang sebenarnya. Dia tidak tau tentang perasaan kita, dan kita terlalu malu untuk mengatakannya. Kadang mencintai orang secara diam-diam, cuma buat gengsi, tapi sakitnya lebihdari yang sebelumnya pernah kita pikirkan saat kita memulai cinta itu.
      
      Kadang aku sering bertanya-tanya, rasanya di cintai itu seperti apa sih? Apa akan berakhir 'Happily Ever After'? Atau jatuh cinta, seperti kata awalnya akan jatuh? Semua perempuan manapun ingin merasakan rasanya di cintai, bukan seperti aku yang mencintai kamu diam-diam. Aku hanya sanggup berandai-andai. Aku hanya sanggup memimpikan cerita cintaku yang berakhir bahagia, dan kini aku hanya bisa mencubit tanganku untuk membangunkanku dari mimpi.
       
     Aku mencoba untuk melupakannya, yang terus mendiami pikiranku dari kelas sebelas. Aku heran kenapa dia suka banget singgah disana. Perasaan itu selalu singgah di tubuhku. Awalnya hanya sebuah percikan yang timbul dihatiku, lalu percikan itu semakin besar, dan mengalir keseluruh tubuhku. Kamu seperti virus yang sudah menguasai tubuhku. Aku tidak bisa lagi mengontrolnya, kamu terlalu kuat menguasaiku, bikin aku sampai gila.
      
Kenapa sih harus ada gengsi? Kenapa aku nggak bisa berani mengatakan perasaanku sendiri? Padahal kitakan sama-sama manusia.

Dan kenapa harus kamu yang aku suka? Kenapa harus kamu yang aku gila-gilai? Kenapa kamu nggak pernah suka sama aku? Apa sedikitpun kamu nggak menyimpan rasa itu untuk aku?

Seribu cara buat aku ngelupain kamu. Seribu cara buat move on dari kamu. Seribu air mata yang udah jatuh cuma buat kamu. Kenapa kamu yang harus membuat segala-galanya senang, indah, sedih, galau, merah, dan abu-abu.
       
     Ketika aku melihat kamu pada pandangan pertama, aku hanya bisa mengaguminya tanpa ada rasa yang tumbuh. Dengan paras wajahnya yang biasa tapi dewasa. Sambil memetikan gitarnya, ia terlihat bak pemain gitar klasik yang sudah mahir. Aku juga tidak tahu apa yang menghipnotisku yang terus saja menngagumi ia pada saat ia bermain gitar. Semakin kesini perasaan itu semakin tumbuh, padahal nggak pernah aku siram atau aku kasih pupuk. 

     Semakin kesini warnanya semakin campur aduk, kadang pelangi, kadang abu-abu, pokoknya campur aduk. Pernah coba ngelupain kamu dengan cara membencimu, dan hasilnya nihil. Kamu semakin membuat aku terpana, kesel, dan galau. Terus mencoba untuk meminta hidayah sama Tuhan, ternyata sama Tuhan malah terus dikasih tanda. Tanda kalo kamu juga cinta sama aku, ketika tanda itu benar, aku selalu kegirangan setengah mati, karena tanda itu benar terjadi. Tapi setelah itu kamu berbuat hal yang membuat semua tadi terasa tabu. Nggak ada lagi respon dari kamu, mencoba lagi untuk melupakanmu dengan cara yang lain. Dan cara terakhir adalah membiarkan kamu apa adanya, biar tuhan selalu ngasih tanda, biar kamu yang selalu ngubah rasa dan warna ini. Biarkan aku yang menjalani ini semua, ini bukan salah kamu kok. Ini salah aku yang mencintai lelaki yang sesempurna kamu.
      
       Sejak kamu bilang “Hi” dan sekarang hanya diam, aku tetep cinta kok. Dulu memang banyak yang menyoraki kita dengan nama yang konyol. Dulu memang aku yang menolak semua nama konyol yang sekarang aku harapkan kembali. Tapi sekarang kau hanya seseorang yang aku temui di halte, yang aku harap akan menjumpaimu lagi. Kita memang berbeda, dari mulai sikap, pendirian, cita-cita, hobi, yang disukai, dan rasa. Kamu memang mengenalku, tapi aku tidak pernah merasakan bahwa kamu benar-benar mengenalku. Momen yang dulu pernah ada, yang sampai sekarang masih aku harapkan terjadi kembali. Mungkin momen itu hanya tinggal kenangan, atau mungkin Cuma aku yang mengenang.
      
      Kadang aku berpikir, “Apa dia punya perasaan terhadapku yang rapuh ini?”. Itu adalah pertanyaan bodoh yang kesekian kali yang aku ucapkan. Walaupun aku sering bilang benci, tapi dihati tetap cinta. Seribu kali aku bilang move on, tapi di hati selalu cinta. Padahal secara fisik kamu nggak seperti “Harry” yang selalu aku idam-idamkan. Dan nggak pintar seperti “Albert Einstein” yang pernah aku tau. Tapi kamu beda, dan aku bisa melihatnya sejak awal ketemu. Aku tau ada sesuatu yang beda, tapi aku takut untuk mendekat. Aku takut untuk lebih dekat dengan kamu, kamu banyak penjaganya, kamu terlalu besar untuk aku capai.
      
       Kadang aku takut kalo kamu melihat aku, kadang aku takut kalo kamu nggak ada. Kadang aku seneng kalo kamu nggak deket-deket aku, kadang aku marah kalo kamu deket-deket yang lain. Aneh kan..? Cinta itu memang aneh, kenapa kita harus mencintai orang yang nggak mencintai kita balik. Kenapa kita harus punya rasa sama orang, kalo orang itu nggak punya rasa sama kita. Sakit tau kalo kaya gitu terus!
      
       Ketika nama konyol itu dulu berjaya, aku selalu berharap kita satu tim. Dan ketika nama konyol itu berjaya, kau masih sering memanggil namaku, dengan sebutan 'Chel' Dan ketika nama konyol itu berjaya, kau sering tersenyum untukku. Dan ketika nama konyol itu berjaya, kau masih bisa tersipu malu ketika seseorang menyebut nama konyol itu. Ketika aku menghapus nama konyol itu, dengan tingkah konyol itu. Seketika juga ada badai tsunami yang memusnahkan itu semua. Kau menghilang dan menjauh dariku. Itulah sebabnya aku selalu mempertanyakan hal konyol itu “Apa dia punya perasaan kepadaku?”
      
      Kehilanggannya, seperti warna biru yang saya pernah tahu. Merindukannya, seperti warna abu-abu yang selalu sendiri. Melupakannya, seperti mencoba mengetahui seseorang yang belum pernah kamu tahu. Tetapi mencintai dia seperti merah dan selalu merah” Kutipan yang indah dari alunan lagu Taylor swift – Red. Kalo dipikir-pikir merah itu banyak pengertiannya, ada yang bilang cinta, ada yang bilang semangat, ada yang bilang sakit hati juga. Menurut aku merah, itu sesuatu yang menarik ketika kita jatuh cinta. Ada banyak rasa di dalam warna merah, emosi tentang kita jatuh cinta, tergila-gila, benci, marah, dan cemburu.
      
       Dan pada akhirnya aku tau, bahwa angin nggak hanya ada di satu tempat. Ia akan terus berkeliling seiringnya waktu. Dan aku harap waktu akan menjawab semua ini. Bahwa kamu cinta aku atau tidak, biar semua ke abu-abuanku ini sirna, biar semua rasa dan warna ini hilang dan tergantikan oleh warna merah muda, yang dipertandakan cinta.

***

Liat! Nemu post ini... huaaaaa!! Kisah jadul banget, tapi jadi ketawa sendiri baca ini. Aku edit beberapa, biar nggak terlalu lebay-lebay banget, tapi kayaknya sih masih lebay. 

Komentar

Postingan Populer