Air Mata
Haruskah aku memberimu penghargaan, karena kau sanggup
membuat bulir air mata yang paling berharga ini jatuh karenamu? Ini pertama kalinya aku menangis untuk seorang lelaki selain keluargaku sendiri. Menangis karena
aku belum bisa meraih cintamu. Menangis karena belum bisa memilikimu. Menangis
karena kau. Membuang-buang bulir air mataku yang berharga, karena sebuah
perasaan yang belum bisa disandingkan dengan yang lain. Hingga akhirnya bulir
air mata terakhir untukmu jatuh. Aku bersumpah tidak akan pernah menangis untuk
cinta, apalagi untuk orang seperti dirimu. Membuatku merasa bodoh, menangisi cinta
yang tidak akan pernah aku gapai dan raih.
Bayangkan
saja, air mata ini jatuh sia-sia hanya untuk menangisi sebuah cinta yang bertepuk sebelah
tangan. Menangisi sebuah cinta yang belum bisa menembus perisai dirimu.
Menangisi cinta yang bodoh. Aku pun seperti orang bodoh, karena terus menangisi
hal-hal yang tidak sebanding dengan hal-hal yang lain. Kini air mataku sudah
tercoreng. Air mata ini sudah tidak terlalu berharga. Hanya karena menangisi
cinta bodoh seperti ini.
Air mataku
ini pun tidak mampu menyentuh hati itu. Menembus perisai itu pun sulit. Walaupun
aku harus menangis darah. Kau tidak akan mampu menoleh ke arahku. Menanyakan
sesuatu yang membuatku sulit tidur karena di mabuk asmara. Itu tidak akan
pernah terjadi, walaupun aku kehabisan air mata. Kau hanya tetap menoleh ke
arah sebaliknya. Membuatku menghapus air mata ini. Dan berharap, aku hilang
ingatan. Berharap aku mencintai seseorang yang mampu membuat air mata ini tidak
terbuang sia-sia. Setidaknya kini aku sadar, kau bukan jodohku. Dan aku tidak
perlu menunggu bertahun-tahun lagi. Dan aku tidak akan menyia-nyiakan air
mataku lagi untuk cinta. Apalagi untukmu.
Tes, aku membencimu. Tes, aku membencimu.
Tes, aku membencimu. Bayangkan aku membuang air mataku hanya untuk
membencimu. Membencimu karena satu hal yang belum aku pahami. Aku membencimu
dengan cinta. Cinta pertamaku yang tidak tersampaikan. Karena kau yang
menghindar dariku. Kau menjauhiku tanpa sebab. Kau menjauhiku, layaknya aku ini
virus yang mematikan. Kau membuat setiap bulir air mata yang jatuh ini berdosa.
Karena ada makna benci yang terkandung setiap bulirnya. Dan itu sebabnya aku
ingin sekali berhenti menangisimu. Menangisi kebencianku padamu.
Air mata.
Aku mohon ampuni dia. Dia tidak salah. Perasaan ini yang salah, perasaan ini
salah memilih. Dan biarkan aku yang menanggung. Menanggung luka karena cinta
yang bertepuk sebelah tangan.
Komentar