Teman Imajinasi
Apakah kalian pernah
punya teman imajinasi? Teman yang tidak seharusnya ada, tapi dialah yang selalu
ada untuk kita. Mungkin terdengar aneh berteman dengan para tokoh imajinasi,
yang seharusnya menjadi ide-ide dalam tulisan-tulisan kita. Tapi, kini menjadi
nyata untuk kita anggap teman.
Ditengah kesendirian
tanpa teman, aku berbincang-bincang dengan teman-teman imajinasiku. Membuat
cerita layaknya inilah percakapan antara manusia-manusia normal. Seperti hari ini aku berimajinasi tentang
keberhasilanku mewujudkan salah satu impianku. Aku berhasil menerbitkan novel
pertamaku. Dan ketika jalan cerita dimulai, imajinasiku bermain liar.
Teman-teman imajinasiku mulai datang dengan wujud yang sudah aku susun
sedemikian rupa.
“Boleh
ceritain siapa yang menjadi ide inspirasi kamu di novel baru kamu ini?” tanya
teman imajinasiku dengan perawakan seorang presenter terkenal di negeri ini.
“Hmm…
aku itu suka berimajinasi dan teman-teman imajinasiku ini yang membantuku
memunculkan ide-ide disetiap babnya.” Jelasku.
“Teman
imajinasi? Boleh cerita tentang teman imajinasimu itu?” tanya si presenter yang
semakin penasaran dengan teman imajinasiku ini.
“Sebenarnya ini rahasia, tapi aku
senang berbagi rahasia kepada semua orang. Aku punya ritual khusus untuk memunculkan
teman-teman imajinasiku. Aku akan memejamkan mataku, aku menyusun jalan cerita,
dan tiba-tiba saja mereka hadir. Teman imajinasiku datang dengan berbagai
karakter yang sudah aku susun. Dan mereka akan membantuku menggambarkan
tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita menjadi nyata.” Jelasku yang membuat si
presenter dan para penonton semakin tertarik dengan ceritaku.
Presenter mulai mencari
pertanyaan-pertanyaan lainnya dengan mengambil novel baruku tersebut. Aku pun
yang sedang berimajinasi, ikut berpikir untuk membuat pertanyaan selanjutnya
yang akan dilontarkan teman imajinasiku yang sekarang menjadi presenter.
“Apa
teman imajinasimu akan selalu ada disaat kamu membutuhkan mereka?” tanya si
presenter yang membuatku bertanya-tanya pada diriku sendiri. Akankah teman
imajinasiku tidak datang saat aku membutuhkan mereka? Apakah saat aku membuka
mata di akhir ritualku, mereka tidak datang?
“Aku tidak tau. Apa kalian akan
menghilang dan tidak akan muncul lagi?” tanyaku kepada para penonton dan juga
kepada sang presenter. Mereka menatapku tanpa ekspresi. Mereka sudah tidak lagi
dengan karakter-karakter mereka yang sudah aku buat tadi. Mereka kembali
menjadi satu, berkumpul menjadi teman imajinasiku.
“Selama kamu masih berpikir, kami
akan selalu menjadi teman imajinasi kamu. Selalu.” Sekejap mereka hilang dan
jalan cerita selesai. Aku tidak pernah memikirkan sejauh itu. Aku mulai
memikirkan pertanyaan-pertanyaan itu. Bagaimana kalau aku tidak bisa berpikir
lagi? Bagaimana kalau mereka hilang? Bagaimana aku bisa hidup tanpa teman
imajinasiku?
Kali ini aku mencoba suasana baru.
Aku mencoba ritualku di alam bebas, di alam terbuka. Di tengah-tengah padang
rumput, aku mencoba memejamkan mataku perlahan-lahan. Otakku menyusun
cerita-cerita baru yang aneh dan semakin liar. Aku sudah membayangkan karakter
tokoh utama yang kuat dengan pemikirannya yang susah diterima masyarakat.
Seperti tingkahku saat ini yang aneh untuk dipandang masyarakat luas.
Saat aku membuka mataku
perlahan-lahan, teman-teman imajinasiku mulai membentuk karakter-karakter yang
sudah aku buat. Mereka mulai menyesuaikan diri dan kami sudah siap memulai
petualangan selanjutnya.
Asal kalian tau, teman
imajinasi adalah teman terbaik yang aku miliki. Karena hanya ada aku dan aku di
dalamnya.
Komentar