Lunch Box































Biasanya setelah bel istirahat pertama, kami akan berbagi bekal. Mungkin yang membawa bekal hanya Rahma dan Davina. Sedangkan aku dan Raisa sesekali saja. Lagipula Rahma dan Davina tak pernah merasa bahwa jatah makan siangnya akan berkurang karena berbagi denganku dan Raisa. Kadang Natasya dan Sarah, sahabat kami yang kelasnya terpisah dengan kami ikutan bergabung. Kotak makan serta lauk pauk yang biasa terpisah dari kotak makan dikeluarkan semua. Jadilah suasana istirahat makan siang yang penuh tawa dan cerita. Hingga akhirnya masa SMA itu berakhir.  Kami menentukan masa depan kami dengan jalan masing-masing. Dengan impian masing-masing.

Setelah tahun-tahun itu berlalu. Selembar foto jatuh dari salah satu koleksi novelku. Di dalam foto itu ada aku, Raisa, Rahma, Davina, dan Natasya. Saat itu Sarah sedang missing in action, dan muncul setelah acara foto-foto. Lagipula Sarah yang paling anti dalam foto-foto. Aku masih ingat foto-foto ini berhasil aku dapatkan dari Natasya untuk kado ulang tahunku yang ke- 17.

Sudah hampir lima tahun kami tidak lagi berkumpul bersama. Setelah dipenuhi dengan semester-semester akhir kuliah yang menyita kami. Kami semua harus disibukkan lagi dengan pekerjaan kami masing-masing. Aku sebagai pilot pribadi dan tetap menyibukkan diri dengan menulis dan berpetualang bersama Natasya. Rahma sudah sibuk menjadi sekertaris di perusahaan ternama di Ibukota ini, kadang dia harus pergi keluar kota atau keluar negeri mendampingi bosnya.

Sedangkan Davina mempunyai restoran yang sudah bercabang hampir keseluruh pulau Jawa dan menyebrang ke Sumatera. Dan Sarah menjadi pengacara handal, dia selalu sibuk menangani kasus-kasus perusahaan, orang terkenal, pejabat, hingga masalah rumah tangga, dan lainnya.  

Natasya yang sudah bosan dengan dunia perpajakan, dia beralih dengan mimpinya yaitu membangun Event Organizer, miliknya sendiri. EO miliknya kini sudah semakin besar dan semakin dikenal masyarakat. Kadang disela-sela acara yang aku datangi di sekitaran Jakarta, aku menemui dirinya yang sedang menangani acara-acara yang cukup sukses.

Kini Raisa sudah satu tahun tinggal di Jepang, padahal tahun lalu dia tiga bulan tinggal di Jepang untuk pertukaran guru pengajar dan budaya. Tahun ini dia mendapatkan beasiswa S2 di salah satu universitas terkemuka di Tokyo, Jepang. Raisa memang sangat antusias terhadap Jepang. Dulu waktu di kelas, dia adalah murid kebanggaan sensei1 Renny. Raisa mampu mengerjakan seluruh tugas, percakapan, sekaligus presentasi dalam Bahasa Jepang.

Aku memang masih sering bertemu dengan mereka. Kalau tidak iseng ingin ketemu, atau tidak sengaja bertemu di suatu tempat. Kami punya kesibukan dan jadwal yang berbeda, dan ini bukan jaman SMA atau kuliah lagi yang bisa ditunda atau bolos. Kami punya tanggung jawab masing-masing dalam pekerjaan kami. Jadi, bukan maksud kami tidak mau kembali berkumpul bersama, berbagi makan siang bersama.

Tapi, kini mungkin sudah saatnya kami kembali berkumpul di meja yang sama. Membuka bekal masing-masing dan saling bertukar lauk atau saling mencicipi. Kami sudah lama tidak makan siang bersama. Ini akan menjadi momen-momen yang paling dirindukkan.

***
Subject            : Hello girls, woman, wonder woman!

            Nggak ada yang kangen nih kumpul-kumpul bareng? Emang bekal kotak makannya pada kemana? Janji deh, kali ini gue bakal bawa bekal gue. Dan gue pastikan, bekal gue bakal paling lengkap. So, for wonder woman, would you take your time to share your lunch box together?

Please kabarin gue secepatnya untuk nyocokin jadwal kerja kita. A.S.A.P!2
***

Rahma dan Sarah membalas bahwa dia akan mengusahakan hari jumat atau weekend. Natasya dan Davina membalas bahwa minggu-minggu ini mereka tidak terlalu sibuk dan bisa meluangkan waktunya. Tinggal tunggu balasan dari Raisa, yang mungkin akan sulit karena dia masih bersekolah di Jepang.

***
To        : skysunshine125@gmail.com
Subject            : Gomen nasai3 :(

Watashiwa moshiwake arimasen.4
                Saya benar-benar tidak bisa datang. Saya masih belum bisa meninggalkan Jepang. Saya janji, sepulang saya dari Jepang saya akan kasih kalian piknik ala Jepang di bawah pohon sakura. Mungkin untuk pohon sakuranya, saya beli yang dari plastik saja. Sekali lagi gomen nasai.
***

            Memang susah mengumpulkan semuanya untuk menghabiskan waktu bersama walaupun sebentar. Kami sudah sering mengobrolkan berbagai rencana jalan-jalan bersama atau sekedar kumpul-kumpul. Dan selalu berakhir sebagai wacana. Ada yang rapat mendadak atau klien yang rewel. Belum lagi pesanan kue mendadak, dan juga jadwal penerbangan yang berubah sesuai permintaan.

            Mungkin kali ini hanya kami berlima yang bisa bertukar bekal makan siang kami. Aku menepati janjiku untuk membawa bekal paling banyak. Pagi-pagi tadi aku sudah pergi ke pasar dan berselancar di google untuk menemukan berbagai resep makanan. Mulai dari makanan khas Indonesia, pasta, kue, hingga puding. Lagipula kami berkumpul dirumahku, jadi aku bisa menyuguhkan semua hasil masakanku.

            Seperti biasa, Sarah selalu pemilih dalam makanan. Dia akan memakan makanan yang menurut dia sangat umum, Ayam Goreng. Natasya akan memilih pasta dan makanan manis. Rahma akan memilih makanan khas Indonesia, dan hari ini aku sudah memilih makanan kesukaannya ikan sarden dengan bumbu yang berbeda. Aku mencampurnya dengan saus asam manis bersamaan dengan kerang hijau dan udang. Davina orang yang tidak pemilih makanan, jadi dia mencicip semua masakanku dan mengomentari choco lava yang kubuat.

“Choco lava kamu teksturnya kurang lembut. Cokelatnya juga terlalu kental dan kemanisan.”

“Terima kasih chef atas masukannya.” ucapku sambil menunjukkan kedua jempol tanganku ke arahnya dan kami semua tertawa.

Seharusnya kami semua bisa tertawa bersama. Aku dan kelima sahabatku. Sayangnya Raisa masih harus menyelesaikan kuliahnya di Jepang. Seharusnya aku menyiapkan mie ramen dan sushi untuknya. Raisa sangat tergila-gila dengan mie ramen. Dia sanggup menghabiskan mie ramen dengan mangkuk besar, beserta dua tempura. Dan kalau masih ada sisa ruang di perutnya, dia akan tambah satu piring sushi roll dengan berbagai macam isi, kecuali yang mentah.

Setelah makan kami berkumpul di ruang santai. Kami sudah siap-siap marathon ‘The Walking Dead’. Semasa SMA kami, ketika guru berhalangan hadir atau waktu jam istirahat. Kami akan sembunyi-sembunyi menonton serial zombie itu.

“Nontonnya dari season 4 aja ya? Kan banyak yang berhenti nonton di season 4 kan?” tanya Natasya.

            Natasya ini punya koleksi lengkap semua seasonThe Walking Dead’ dan dari awal dia mengikuti serial ini, dia selalu menunggu-nunggu season selanjutnya. Berbeda dengan kami, aku mulai terpengaruh dengan film-film sci-fi, romance, dan novel. Dan yang lainnya, kalau ada ya nonton, kalau tidak ya nggak masalah.

“Sekarang di Jepang jam berapa deh ya?” tanyaku, membuat Rahma yang lagi tiduran di sofa kembali bangun dan duduk. Sarah dan Davina yang baru balik dari dapur langsung mendekat. Dan Natasya yang baru mau menyetel serial itu berhenti di depan TV.

“Emang kenapa?” ucap Sarah.

“Kangen aja sama Raisa. Harusnya kan dia ada disini sama kita.” ucapku sedih.

“Iya ya.” ucap Natasya yang ikut menampilkan wajah sedih. Natasya ini kalau sudah ketemu Raisa, nggak bisa diem. Obrolan drama korea, ataupun yang berbau korea selalu saja menghiasi perbincangan mereka.

            Akhirnya tanpa pikir panjang. Aku langsung menghubungkan Raisa lewat Skype di smart TV-ku. Detik berikutnya, sebelum layar benar-benar jernih dan memunculkan wajah Raisa. Kami semua sudah mengatur posisi duduk kami. Dan saat wajah Raisa muncul dengan ekspresi terkejut, kami berkata.

Konnichiwa5 Rayisa. Min’na anata ni aita gate iru6” teriak kami berlima kompak. 

Notes:
1.      Guru dalam Bahasa Jepang.
2.      Bahasa gaul dari As long as possible.
3.      Maaf dalam Bahasa Jepang.
4.      Saya minta maaf (dengan sopan).
5.      Selamat siang.
6.      Kami merindukanmu.







Komentar

Postingan Populer