Pengalaman Pesawat Delay



Tanggal 22 Juni 2016, tepat rabu dini hari saya dijemput travel untuk pergi ke Bandara Internasional Juanda terbang dengan AirAsia menuju Jakarta. Dini hari itu, saya lupa memasang alarm dan ketiduran tanpa prepare (cuci muka, sikat gigi, dan sahur). Jadi saya dibangunkan oleh panggilan pak supir yang menanyakan jalan menuju tempat indekos saya. Dengan singkat sambil kaki yang terseok-seok, karena sialnya sore sebelumnya saya jatuh dari motor. Tanpa memikirkan bengkaknya lutut saya dan rasa sakit di kedua tangan saya, saya langsung berganti pakaian, mengambil jaket dan sepatu, dan membopong ransel koper saya. Baru saja membasuh muka di wastafel, pak supir menghubungi saya bahwa dia sudah hampir dekat dengan indekos saya, jadi saya memutuskan untuk segera keluar menuju pertemuan kami, tanpa minum setetes pun. Muka bantal, kedinginan, dan lapar. Untung saja Ibu kosnya mau nganterin sampai depan portal.
Pesawat saya dijadwalkan berangkat pukul 7.40 pagi dari terminal 2, lagi-lagi saya datang lebih awal dua jam 30 menit dari keberangkatan. Alhasil, sambil membunuh waktu saya habiskan duduk-duduk sebelum jam 6 dan naik ke lantai atas untuk menunggu di ruang tunggu. Setelah jam 6 dan sampai di ruang tunggu, betapa terkejutnya ketika mbak-mbak yang memberikan sebuah informasi yang membuat saya ingin gigit-gigit sayap pesawat. “Mohon maaf atas kesalah operasional Indonesia AirAsia seri QZ7689 tujuan Jakarta dijadwalkan ulang pukul 13.55…” tadinya saya tidak mau percaya, sampai akhirnya layar yang ada di konter 5 berubah jadwalnya. Saya langsung bergerak maju dan menanyakan kebenarannya “Mbak ini diganti jadi jam 13.55?”

“Oh, ini nggak harus yang jam 13.55 juga kok. Bisa ikut yang penerbangan yang jam 9.40.”
Dalam hati pun tetep dongkol, ujung-ujungnya tetap delay-nya kebangetan. Akhirnya saya mengabarkan orangtua kalau saya delay sampai jam 2 siang, dan Mama memutuskan untuk mampir dulu saja di rumah nenek di Sidoarjo. Jadi, sambil turun ke bawah, saya menelpon sepupu saya untuk menjemput saya. Sumpah ini selama geret koper ke lantai bawah masih dongkol, udah capek-capek datang dari jam 5, ujung-ujungnya delay tanpa ujung gini. Saya menuju counter nomor 20 untuk menanyakan informasi lebih lanjut.
Setelah saya berhasil mendapatkan informasi tentang drama delay ini, begitu pun dengan kepastian boarding pass saya, saya langsung menuju pintu keluar sambil menunggu sepupu saya. Saya sempat menanyakan kepada Papa saya, alasan kenapa bisa delay-nya sampai lama gini. Beliau bilang itu karena Aircraft on Ground (AOG). Nggak ngerti juga sih itu maksudnya apa, tapi gara-gara AOG itu terjadilah delay yang memakan waktu banget. Ditambah lagi bandara diterpa hujan angin yang tak berkesudahan, sehingga saya baru bisa dijemput jam setengah sembilan. Dengan suasana air menggenang di terminal dua, saya memutuskan untuk lepas sepatu. 

Saya nggak ngerti kenapa, akhir-akhir ini AirAsia bermasalah terus. Sehari sebelum keberangkatan, server-nya down, sampai sahur saya baru bisa check-in. Lalu ada delay yang sangat-amatlah drama ini. Saya nggak tau juga kalau mau complain yang cepet dibales itu lewat mana? Karena saat saya complain lewat twitter dan Ask Air Asia, juga nggak dibales.

Jam 12.30 saya memutuskan untuk pamit dari rumah nenek dan kembali menuju terminal 2 Bandar Udara Juanda. Disana saya kembali menuju counter AirAsia untuk menanyakan ganti rugi delay dan boarding pass saya. Mbak-mbaknya bilang, bahwa dia kurang tau soal ganti rugi dan lebih baik langsung tanya ke atas. Alhasil, saya langsung ke ruang tunggu dan menuju gate AirAsia.

“Misi mbak, saya mau nanya untuk keberangkatan ke Jakarta yang delay tadi.” Mereka langsung memberitahukan saya bahwa saya mendapat ganti rugi yang sesuai dengan Permenhub No PM 89 Tahun 2015. Saya mendapatkan makanan berat, berupa McDonald, air mineral, dan uang sebesar Rp. 300.000. Setelah itu saya disuruh menandatangani semacam absen gitu. Mungkin itu jumlah penumpang yang belum nebus ganti rugi atau apalah. Disitu baru saya seorang yang menandatangani kertas itu. sampai akhirnya satu jam kemudian, seorang captain pilot dengan anaknya, dan salah satu crew AirAsia datang. Dan kami berempatlah penumpang pesawat AirAsia yang delay sampai jam 2 siang. Bayangkan, seumur-umur saya naik pesawat nggak pernah se-sepi ini. Empat orang dan isinya, sebagian crew AirAsia. 


Saat itulah saya baru tau sensasi naik pesawat sepi. Bagaimana pesawat itu bergerak, naik dan turun, muter sana-sini, dan kecepatannya bertambah pun terasa.

Jadi, itulah pengalaman saya naik pesawat AirAsia dengan drama delay-nya dan masalah ganti ruginya. Tenang sekarang udah ada undang-undangnya dan kebijakannya, jadi kalian nggak usah takut nggak dapat ganti rugi, protes pun nggak akan melanggar apapun, kalian penumpang yang seharusnya diberitahu lebih jelas soal masalah apa pun yang terkait dengan sesuatu yang penumpang sudah bayarkan.
Semoga cerita ini bisa menjadi informasi. Sekian dan terima kasih.

Komentar

Postingan Populer