Cerita 2015



2015… penuh dengan emosi yang sulit terkontrol. Saya jadi sulit menentukan mana yang baik dan buruk. Berbagai pengalaman tentang berteman dan bersosialisasi saya menjadi buruk. Saya jadi sulit memercayai seseorang, dan mengembalikan diri saya menjadi orang introvert.

Awal tahun berjalan seperti biasa, semuanya baik-baik saja, padahal di dunia ini tidak ada yang baik-baik saja. Menuju pertengahan tahun saya menyadari bahwa saya sendiri. Saya sudah kehilangan sahabat saya sejak lama. Berkali-kali saya menyalahkan dia maupun diri saya. Bertanya-tanya sebenarnya siapa yang membuat masalah? Dan kenapa bisa salah? Akhirnya saya mulai menyalahkan diri saya dan berhenti memberikan judgement kepada dia.

Tadinya saya tidak mau bercerita tentang hal ini kepada siapa pun, tapi rasanya kepala saya ingin meledak. Saya nggak bisa hanya bercerita kepada Tuhan saja dan menganggap semuanya akan ada jalan keluarnya. Jadi, saya bercerita kepada sahabat saya dan bertanya pendapatnya. Saya anggap pendapat sahabat saya benar dan saya terima. Ternyata saya tidak bisa hanya menyalahkan diri saya. Jadi, saya membiarkan semua masalah ini selesai dan kami juga selesai. Saya menjauh demi kebaikan kami dan saya bersosialisasi dengan yang lain.

Jadi, saya bersosialisasi dan berteman dengan siapa saja. Saya ingin mengenal orang lain dengan latar belakang yang lain. Saya ingin berubah tidak hanya berteman dengan satu saja. Teman tidak menjamin akan melindungi kita. Semua orang bisa berubah, hanya kesadaran diri saja yang bisa menyadarkan jiwa dan tubuh bergerak seirama.

Saya mulai mengenal sosok yang seperti ini dan seperti itu. Mereka baik, semua orang baik, tapi saya tidak bisa menjamin mereka akan seperti keluarga saya. Jadi, saya memilih untuk berteman dengan siapa pun, tapi saya akan membatasi mana yang baik di bantu dan mana yang tidak baik. Berbeda dengan keluarga, tahun ini saya sangat menjunjung nilai keluarga, keluarga menjadi prioritas utama saya. Berkali-kali saya marah sampai menyumpah pun, mereka tetap ada untuk saya tanpa pamrih. Ahhh… mereka bukan saja keluarga, tapi sahabat.

Bulan terakhir di tahun ini, saya berteman dengan banyak orang di organisasi. Saya sangat senang bersama dengan mereka dan berharap akan terjadi di tahun sebelumnya. Tapi, ternyata pertemuan memang harus sepaket dengan perpisahan. Saya kira semuanya akan baik-baik saja, kami juga baru saja berteman. Dan saat pagi buta setelah malam perpisahan, saya merasa kesepian. Saya benar-benar kehilangan seorang teman.

Tahun 2015 sebentar lagi akan berakhir. Terima kasih untuk pelajaran dan pengalamannya tahun ini. Saya makin banyak jalan-jalan, tidak hanya keluar negeri tapi lebih mengenal Indonesia.


Resolusi atau revolusi? Saya akan cerita lagi di tahun depan.

Komentar

Postingan Populer