Fight Your Own Insecurities

Pernah nggak sih kalian merasa insecure? Insecure dengan orang tua, pacar, teman, saudara atau lainnya. Kita mungkin pernah merasakan hal itu, tetapi ada beberapa orang yang bisa fight back and show more than their insecurities and some people tetap terjebak, karena mereka merasa itu kelemahan atau kekurangan mereka.

Gue pernah merasakan insecure, insecure terhadap teman, teman kantor dan mantan pacar orang yang gue suka. Dari hal-hal tersebut gue bisa fight back insecure itu dengan banyak hal. Jadi, gue pernah liat salah satu video di tiktok gitu dan di video itu seseorang bilang seperti ini, “Insecure itu hal wajar, dan harus dihadapi. Kalau lo nggak merasa insecure lo nggak akan belajar untuk melawan hal itu.” Gue setuju banget, walaupun gue baru ngeh ketika liat video itu, tapi dari semua hal-hal insecure yang gue alami, gue berhasil melawan itu.

Ada satu cerita tentang insecure gue yang kalo gue inget-inget lagi gue merasa keren aja, karena gue bisa lawan itu dengan sesuatu yang membanggakan untuk diri gue. Cerita berawal di tahun kedua gue di SMA, sebulan setelahnya gue merasa gue kayaknya suka dengan seseorang di kelas gue. Gue mulai memperhatikan segala aspek di dirinya, sampai akhirnya gue merasa kurang pantas suka dengan dia. Pertama dia orang yang cukup humble, baik dan friendly, bisa dibilang dia social butterfly gitu. Kedua, dia jago olahraga dan musik. Ketiga, dia punya mantan yang kece, cantik dan populer and I am just nothing. Gue merasa insecure banget, tapi hati gue juga suka banget sama nih orang. Berkali-kali temen gue nyemangatin biar gue coba aja dulu deketin, tapi gue merasa gue tuh nggak se-level dengan mantan-mantannya.

Tujuh bulan berlalu, masih di kelas yang sama, rasa yang sama dengan orang yang sama dan insecure yang tetap sama, tapi ada sisi gue yang gue nggak mau gini-gini aja. Oke ini nggak tau lebay atau nggak, tapi kalian mungkin ada yang pernah ngeluh sama Tuhan tentang orang yang disuka dan memohon sama Tuhan agar si doi membalas perasaan kita (padahal kita aja belum tunjukin, gimana caranya dia membalas). Akhirnya gue memutuskan, kenapa patokan gue adalah mantan-mantannya? Kenapa gue nggak mencoba menjadi lebih dari si dia? Akhirnya selama tahun ketiga gue di SMA gue melakukan banyak hal, entah dari pelajaran, hal-hal lainnya juga yang lebih dari orang yang gue suka ini. Gue sampai menargetkan diri bisa dapet ranking lebih dari dia. Belajar Bahasa Jepang mati-matian, hanya demi bisa melampuinya, walaupun sampai akhir ini nggak berhasil. Dia lumayan jago L

Sampai suatu hari, di tengah-tengah padatnya jadwal try out, temen gue merekomendasikan orang yang gue suka ini untuk belajar matematika sama gue. Padahal gue juga nggak jago-jago banget, cuma untungnya nilai gue lebih tinggi dari dia aja. Akhirnya sepulang sekolah dengan jantung yang berdetuk kencang, grogi dan jadi nggak fokus dia minta ajarin gue salah satu soal try out. Padahal ngajarinnya Cuma 30 menit, tapi perasaan gue setelah itu adalah bangga. Bangga dengan diri gue sendiri. Gue merasa level gue saat itu setara dengan dia. Gue punya kelebihan yang bisa gue banggakan ke dirinya.

Saat itu banyak hal yang gue bisa achieve dan dia nggak, beda ya sama sombong, karena gue juga nggak pamer-pamer ke dia. Di diri gue sendiri aja merasa bangga, gue bisa melakukan dan meraih banyak hal yang belum atau mungkin belum dia dapatkan saat itu. Puncaknya adalah ketika hasil SNMPTN. Di kelas gue cuma tiga orang yang berhasil mendapatkan jalur undangan tersebut, termasuk gue. Saat hari kelulusan, gue duduk sendiri dibagian depan, ketika yang lain masih asyik foto-foto, tiba-tiba dia datang dan ngucapin selamat. Saat itu gue merasa sedih dan bangga, sedih karena kisah cinta gue akan berakhir disini. Gue nggak akan satu kelas lagi dengan dia dan akan sulit reach out dia. Gue dulu cuma main twitter, disaat yang lainnya aktif facebook, path, snapchat dan BBM. Gue juga cuma punya pin BBM dan nomor lamanya dia yang nggak akan gue hubungi, karena untuk apa juga. Bangganya adalah gue bisa berhasil dengan yang gue inginkan diawal, bahwa gue bisa lebih unggul dari dia.

Beberapa bulan berlalu, dengan padatnya jadwal orientasi gue iseng buka soundcloud, twitter dan instagram gue kembali. Gue nggak nyangka dia, iya dia orang yang gue suka mengikuti semua akun sosial media gue. Kalau twitter dan instagram mungkin muncul di sugesti pertemanan tapi soundcloud, cuma satu sahabat gue doang yang tau gue punya soundcloud, jadi gue nggak tau dia menemukan akun gue darimana. Sejak saat itu perasaan gue ke dia udah berbeda, gue malah merasa lega dan bahagia. Dari perjalanan cinta bertepuk sebelah tangan gue, gue bisa meraih, mengalami hal-hal yang tak terduga dan luar biasa lainnya. Gue banyak menulis puisi dan cerpen karen terinspirasi dari sosoknya yang membuat gue terpilih jadi salah satu editor jurnalis di kampus.

Jadi, jangan buat rasa insecure jadi kelemahan kamu, karena itu akan jadi suatu yang negatif untuk dirimu. Coba lawan dengan hal-hal yang sesuai kapasitasmu atau sesuatu yang bukan menjadi patokan insecure kamu. Kayak gue insecure dengan mantan pacar orang yang gue suka, gue lawan dengan menjadi lebih dari orang yang gue suka. Satu contoh lagi, gue insecure dengan kepintaran sahabat gue dan sukses dipekerjaannya, gue lawan insecure itu dengan lebih baik di bidang pekerjaan gue dan bisa enjoy dipekerjaan gue. Masih banyak loh orang yang ngeluh dengan pekerjaan mereka, mulai dari kerjaannya, lingkungan pekerjaan, teman kantor sampai atasan juga. Jadi jangan takut ya sama insecure.

Komentar

Postingan Populer