India's Trip : Part 1, Pinkish Jaipur

Hello. Finally, balik lagi dengan cerita jalan-jalan. Kali ini cerita akan gue bagi menjadi tiga part, karena memang gue pergi ketiga tempat yang berbeda walaupun masih satu negara. So, gue akan buka dulu dengan intro, sebelum mulai ke perjalanan.

Intro:

Salah satu perjalanan saya yang paling jauh, ke Asia bagian selatan, India. Indonesia Air Asia mengadakan open trip ke golden triangle (Jaipur, Agra dan New Delhi) India dengan salah satu travel blogger ternama di Indonesia, Febrian (cerita febrian). Saya dengan empat belas orang lainnya pergi menuju India pada tanggal 23-27 Maret. Kami harus transit di Kuala Lumpur lalu lanjut 6 jam perjalanan menuju kota pertama kami di India, Jaipur.

Sebelumnya, gue nggak pernah menyangka akan pergi ke India terlebih dahulu. Semenjak kunjungan gue terakhir ke daratan Cina, gue memutuskan untuk ke India saat gue sudah berhasil mengelilingi Asia Tenggara, Jepang dan Korea. Ternyata Tuhan punya kehendak lain, open trip ini datang dan karena open trip ini. Gue langsung ngurus E-visa yang dibantuin oleh panitia dari AirAsia juga, Mbak Winda. She's really kind dan tenang nggak mesti formal kok :)

Btw, ngurus e-visa India lumayan gampang, masuk ke (web evisa india), regristasi isi semua data diri yang ada di form. Siapin juga photo background putih dalam bentuk jpg tidak boleh dari 1mb dan passport dalam bentuk pdf tidak boleh dari 300kb. Setelah itu kalian bisa langsung bayar $50 USD, nanti ada charge nya sebesar $1.25, jadi total $51.25, sehabis itu kalian akan dikirimi e-visa lewat email. Satu hari selesai kok.

Banyak yang bilang, India penuh dengan scamming, kurang ramah, nggak bagus, crowded, makanannya kurang cocok dan pendapat kurang mengenakkan lainnya? Memang itu benar, tapi kalau nggak ada hal-hal itu, traveling kalian tidak akan menyenangkan. Trust me.

Backpacking with purple:

Perjalanan kali ini gue bawa backpack yang 65L, sangat amat berguna kalau untuk perjalanan yang sering pindah tempat apalagi pesawatnya transit. Ya, walaupun punggung lo capek, kan ada troli. Rombongan berangkat dari Jakarta sekitar jam 2, kita transi di Kuala Lumpur 1 jam-an dan sampai di Jaipur pukul 10 malam. Di India waktu lebih lambat 1,5 jam. Bandara Jaipur sangatlah mini, lo keluar dari pesawat langsung proses imigrasi, habis itu turun eskalator ambil bagasi keluar. Memang sesingkat itu. Oh iya, jam 10 di Jaipur udah sepi dan tenang, gue langsung mengira Jaipur kota yang tentram seperti pedesaan. Setelah keesokan harinya, gue nggak terbangun karena alarm, tapi klakson kendaraan yang saut-sautan di jalan. 

Oh iya, karena perjalanan kali ini gue ikut trip, gue nggak akan secara mendetail menjabarkan budget. Mungkin beberapa pengeluaran diluar trip yang akan gue bagikan, sisanya kalian bisa tanya langsung ke gue. 

Lanjut ke cerita, tujuan pertama kami adalah Hawa Mahal, untuk sejarahnya mungkin akan lebih baik kalau kalian kesana langsung atau kalau penasaran banget bisa cari di google. Karena nggak akan seru kalau gue tulis disini, kayak spoiler gitu. Jadi, gue akan bagikan pengalaman dan spot yang bagus buat ambil gambar di Hawa Mahal. Hawa Mahal ini letaknya di pinggir jalan gitu, jadi kalau kalian kesana naik kendaraan umur, so far nggak akan bermasalah dengan parkir. Kalau kalian menggunakan mobil pribadi atau tour bus kayak gue, kalian harus tau jam untuk parkir disitu. Saat gue ke Hawa Mahal, sekitar jam 10 pagi kami harus segera pergi karena kita nggak boleh parkir sembarangan disekitar situ. Oh iya, karena Hawa Mahal letaknya dipinggir jalan, jadi akan banyak banget aktivitas pedagang kaki lima, maupun yang punya toko disekitar situ. Kejadian yang paling wow saat gue menginjakkan kaki di Hawa Mahal adalah, karena mata gue minus dan saat itu gue menggunakkan kaca mata hitam (karena matahari lagi nyetrong banget). Gue cuma bisa mendengarkan suara seruling dan nggak yakin itu asalnya darimana, sampai akhirnya gue berjalan terlalu ke tengah dan menemukan sumber suara tersebut beserta ular kobra yang lagi meliuk. Shock? banget dan langsung ngicir.

Lokasi Hawa Mahal kurang luas, membuat para turis yang datang harus putar akal buat cari angle yang pas buat foto. Kalau yang suka selfie, mungkin akan banyak sekali foto yang diambil, karena desain bangunan Hawa Mahal cantik banget. Warna merah muda mendominasi bangunan itu dengan beberapa detail yang cantik dan banyaknya jendela. Nah, karena foto di sekitar Hawa Mahal kurang luas, kalian bisa pergi ke seberang Hawa Mahal dan naik ke lantai atas bangunan yang pas diseberangnya. Paling atas itu ada Wind View Cafe yang menjadi best spot untuk melihat ataupun ambil foto Hawa Mahal. Masuknya sih gratis, tapi boleh lah beli air putih atau segelas kopi. Harganya terbilang murah kok, hampir sama kayak harga di Jakarta. Saat itu gue beli air mineral botol tanggung gitu cuma 30 Rupee.

Ini diambil dari lantai paling atas yaitu, Wind View Cafe

Hawa Mahal dari seberang dan ini bukan dari Wind View Cafe ya

Tujuan berikutnya adalah Water Palace, ini kayak semacam danau yang ditengah-tengahnya ada dua bangunan yang masih terlihat berdiri, satunya lagi hanya sisa puing-puingnya tanpa ada penyangga ataupun tiang. Menurut info dari Bibi, danau ini ditutup oleh pemerintah, gambar lebih jelas bahwa danau ini ditutup bisa kalian cek di IG ku ya :D

Danau ini ditutup karena airnya yang terlalu kotor dan di pinggir-pinggir danau juga lumayan banyak sampah, dan rencana pemerintah kedepannya adalah untuk memfilter air danau dan menghias Water Palace dengan musical fountain. Jadi, kita lihat aja perkembangan Water Palace kedepannya.
Bangunan yang sudah runtuh, menjadi tempat berkumpulnya burung-burung disekitar danau.
Walaupun tempat ini ditutup, kalian masih tetap bisa masuk kedalam, tapi please jaga kebersihan ya?


Tujuan selanjutnya adalah Amer Fort, aslinya kami bisa menunggangi gajah untuk menuju Amer Fort. Dikarenakan kedatangan kami bertepatan dengan hari nasional penduduk sana, jadi kami menggantinya dengan mengendarai mobil jeep. Wah, perjalanan dari parkiran bis menuju Amer Fort dengan jeep cukup menantang, seperti sedang di Bromo. Pertama, karena sudah kebiasaan para pengendara di India cita-citanya pada pingin jadi pembalap F1, kedua kemacetan yang tak teralakan karena ada Hari Nasional juga. Kalian kalau mau coba ke Amer Fort boleh cobain sensasinya dengan naik jeep. Sesampainya di Amer Fort, pemandangan benteng dan bangunan-bangunan yang ciamik menyapa kami, tapi dari itu semua pemandangan desa dari Amer Fort sangat menyejukkan. Seperti pemandangan desa-desa di Eropa. Tembok yang terbentang di seberang Amer Fort, terlihat seperti Tembok China. Menurut saya Amer Fort tempat wisata dengan paket lengkap. Beberapa rombongan ada yang ingin mengunjungi tembok tersebut, sedangkan gue dan 7 orang lainnya masuk kedalam Amer Fort. Di dalam ada 4 section, pertama seperti aula untuk pertemuan para raja dan petinggi lainnya pada jamannya. Bangunan lagi-lagi di dominasi warna merah muda sedikit oranye, putih, dan merah bata. Di section kedua, kami memasuki bangunan berwarna putih dengan corak bunga yang memenuhi bangunan tersebut. Kalian akan banyak menemukan corak-corak yang cantik nan rumit di India, dan itulah permata yang membuat India terlihat indah dari semua perasangka buruknya.

Di section kedua, kami disambut oleh satu bangunan yang semuanya dihiasi oleh cermin yang sudah di pecah-pecah dan disatukan membentuk ukiran-ukiran yang rumit. Katanya di dalam bangunan tersebut ada berlian dan perhiasaan yang ditempel bersama pecahan-pecahan cermin untuk menghiasi bangunan tersebut. Kalau kalian datang ditengah-tengah sinar matahari yang terik, kalian akan mendapatkan hasil foto yang bagus dengan efek-efek dari cermin-cermin tersebut. Di depan bangunan yang penuh cermin, ada taman bunga yang membatasi bangunan cermin dengan bangunan diseberangnya.

Section ketiga ada di lantai atas, tempat bangunan putih dengan corak bunga. Jadi, kalau kita kembali ke section pertama, kita bisa melihat bangunan putih dengan corak bunga tadi kalau di bagian atas ada seperti ventilasi udara, tapi berukuran besar sekitar dua meter, yang katanya itu tempat para wanita melihat acara di aula tersebut. Sedangkan orang-orang yang berada di aula tidak bisa melihat para wanita yang ada dibalik ventilasi tersebut. Di bagian atas juga diberikan semacam teropong yang entah fungsinya untuk apa, karena saat itu Bibi sudah menunggu kami untuk keluar menuju section keempat.

Para rombongan yang tadi mengunjungi tembok sudah selesai dan menunggu kami di pintu masuk, jadi kami mempercepat kunjungan kami di section terakhir. Singkat cerita, bangunan yang di dominasi warna merah bata ini adalah rumah yang disediakan raja untuk ke dua belas istrinya. Tidak ada satu orang pun yang bisa mengunjungi rumah-rumah tersebut, kecuali sang raja. Jadi, bener-bener kaya komplek perumahan gitu. Rumahnya dua lantai, tapi tidak terlalu besar. Oh iya, katanya di lokasi sekitar section keempat sering dijadikan lokasi syuting film Bollywood.

Pemandangan desa dari Amer Fort. Ini gue ambil dari section 1 (Aula)
Jadi Amer Fort ini kaya dikeliling bukit-bukit gitu. Disebelah kiri itu udah tembok yang dibangun di atas bukit juga.
Nah, ini bangunan cermin section 2. Dipageri, karena dalamnya ada berliannya :D

Setelah dari Amer Fort, kami dibawa ke City Palace, kalau di Jakarta semacam kota tua gitu. Bangunan ini lagi-lagi didominasi warna merah muda. Di City Palace, dulunya tempat para raja tinggal dan melangsungkan acara. Sekarang sudah tidak digunakkan, jadi dijadikan museum dari kerjaan-kerajaan terdahulu. Kami juga hanya mampir setengah jam dan langsung kembali ke hotel untuk makan siang. Sore hari Bibi membawa kami Birla Mandir Temple, di temple ini kita harus melepas alas kaki kita dan dilarang membawa korek ataupun rokok kedalam. Bangunan ini bener-bener temple ya, jadi pas masuk itu ada tempat sembahnyangnya langsung. Di belakang tempat sembahyang ada lorong yang dimasing-masing sisi temboknya dihiasi ukiran-ukiran perjalanan para dewa Hindu yang nggak gue dengarkan sama sekali :D

Soalnya gue sudah terlanjur exciting ingin lihat sunset diluar. Benar-benar pecah ditengah, seperti telur setengah matang yang ada di mie kari ayam. Haha... laper ya? :D

Foto sunset akan gue bagikan di instagram.


Setelah selesai menonton sunset kami kembali ke hotel, tapi teman-teman ingin keluar disekitar hotel hanya ingin tau ada apa saja di Jaipur. Jadi, kami nekat nyebrang dengan kendaraan-kendaraan yang di Jaipur yang nggak pernah mau berhenti hanya untuk pergi ke warung. Ini benar-benar warung yang ada di rumah pada penduduk Jakarta loh. Bukan sevel ataupun indomaret. Oh iya, kalau belanja apapun di India usahakan nanya ya? karena mereka jarang banget cantumin harga dan walaupun harga tertera di makanan, mereka kadang ngasih harga sendiri. Saat itu kami gantian bayar untuk jajanan yang kami beli. Gue tanya ke salah satu orang yang beli jajanan yang sama denganku, dia bilang harganya 30 rupee. Saat gue mau bayar menjadi 40 rupee, sebenernya pingin protes tapi dia seperti nggak ngerti bahasa Inggris. Tips, jangan sungkan untuk nanya, ok?

Kembali ke malam hari, lambat laun jalanan di Jaipur semakin sepi. Suara klakson kendaraan pun semakin hilang. Malam hari di Jaipur sangat menyenangkan dand dingin beda sekali saat siang hari. Ngomong-ngomong cuaca di Jaipur saat itu pas, tidak terlalu panas. Hanya kering dan berangin. Selalu siap masker, lip balm dan banyak-banyak minum air putih.

To be continue...



Komentar

Postingan Populer