Book Review: Novel 'Angel In The Rain' oleh Windry Ramadhina
Judul :
Angel In The Rain
Penerbit:
Gagas Media
Penulis:
Windry Ramadhina
Hlm:
468
Harga:
Rp. 95.000
Sinopsis
Ini kisah tentang keajaiban cinta.
Tentang dua orang yang dipertemukan oleh hujan.
Seorang pemuda lucu dan seorang gadis gila buku
yang tidak percaya pada keajaiban.
Di Charlotte Street London, mereka bertemu,
Tetapi kemudian berpisah jalan.
Ketika jalan keduanya kembali bersilangan, sayangnya
Luka yang mereka simpan mengaburkan harapan.
Ketika salah seorang percaya akan keajaiban cinta,
Bahwa luka dapat disembuhkan, salah seorang lainnya
Menolak untuk percaya.
Apakah keajaiban akan tetap ada
Jika hati kehilangan harapan?
Apakah mereka memang diciptakan untuk bersama
Meski perpisahan adalah jalan yang nyata?
Review
Cerita ini mempertemukan kita kembali dengan
Gilang yang saya kenal di novel London: Angel sebagai pemuda melas dan
Ayu yang juga saya kenal di novel yang sama sebagai Gadis yang cuek dan jutek.
Di novel yang berbeda dengan cerita yang berkembang, Windry Ramadhina
memperkenalkan lagi Gilang dan Ayu sepulang dari London dengan keajaiban dari
Si payung merah dan Goldilocks dan kisah cinta yang ajaib seperti hujan.
Cerita berawal dari Ayu, Si Gadis Penggila Buku,
ya kita akan mengenal Ayu dengan nama itu di Novel ini. Ayu berjanji kepada
Gilang akan memberikan Burmese Days cetakan pertama untuk Gilang Si Pemuda Lucu
sesampainya mereka di Ibu Kota. Sayangnya Goldilocks dan Payung Merah punya
keajaiban yang berbeda. Burmese Days cetakan pertama masih bersama Ayu. Ayu pun
tidak berani mencari akun facebook Fitzgerald dan Sebotol Wiski milik Gilang
yang sudah diwantinya ketika Ayu lupa memberikan buku itu. Empat bulan berlalu,
Ayu dan Gilang dipertemukan kembali ketika Ayu meluncurkan Novel teranyarnya
yang diberi judul Angel In The Rain. Gilang menagih janji Ayu untuk
memberikan Burmese Days cetakan pertama, sayangnya Goldilocks punya keajaiban
cinta untuk mereka. Jadi, Goldilock menghadirkan hujan ketika mereka bertemu,
Ayu akan mengeluh kesal, karena setiap bertemu dengan Gilang hujan turun.
Sedangkan Gilang yang masih memiliki payung merah merasakan keajaibannya
sendiri.
Sampai akhirnya Ning kembali dari London, karena
patah hati. Gilang hadir mengihiburnya sebagai sahabat yang pernah mencintai
Ning. Hyde, salah satu sahabat Gilang yang paling necis pernah menasehatinya,
bahwa cerita antara dirinya dan Ning tidak perlu diketahui oleh Ayu. Sayang,
Gilang tidak bisa berbohong kepada perempuan yang ia cintai dengan
sungguh-sungguh. Tetapi Ayu terlanjur tak percaya, ia menjadi sulit percaya
ketika masa lalu melukainya. Ia tidak sanggup bertahan dan akhirnya menjauh. Ia
tidak mau lagi percaya dengan keajaiban cinta dari hujan ataupun payung merah
itu.
Seperti sebuah kutukan, tapi seperti pengganti
rindu, hujan selalu hadir dimanapun Ayu berada. Setiap ia pergi ke toko kue
bernama Afternoon Tea, tempat kencan Gilang dan Ayu yang tidak pernah terjadi
pun juga diguyur hujan dan aura sendu. Gadis Penggila Buku itu merasa
kehilangan dan Pemuda Lucu itu terkena patah hati yang akut.
Lalu, bagaimana dengan keajaiban cinta dari
Goldilocks dan payung merahnya?
***
Awal cerita terasa lembut, manis, ada jailnya,
ditambah bumbu-bumbu menggemaskan, sampai akhirnya masa lalu membuat kita sulit
keluar darinya. Sulit memang kalau masih terkekang masa lalu. Sulit percaya
dengan cinta. Sulit membuka hati untuk yang lain. Menganggap semuanya akan
berakhir dengan cerita yang sama.
Anehnya hujan tidak selalu datang dengan hal
negatif. Banyak hal tentang hujan yang saya tidak suka selama ini. Iya, saya
tidak suka dengan hadirnya hujan. Tetapi, buku ini, cerita ini, membuat saya
percaya hujan datang dengan cerita yang berbeda. Seperti kisah Gilang dan Ayu
ini. Ada sebuah keajaiban yang turun bersama hujan. Sebuah cinta yang magis,
rumit, tapi menyejukkan.
Windry Ramadhina berhasil membungkus kisah ini
dengan spesial. Sebuah kisah yang sebenarnya tidak ber-seri, tapi seperti
saling berhubungan layaknya teka-teki. Menarik sekali untuk dibaca kala hujan
turun ataupun matahari sedang terik-teriknya. Ahh... intinya saya jatuh cinta
dengan novel ini.
Komentar