Papa, the precious one.

"Mechelin Dirgahayu Sky, artinya apa pa?"
"Mechelin itu artinya bermacam-macam. Kalo Dirgahayu itu..." tiba-tiba ucapan papanya terpotong dengan jawaban anaknya yang sangat antusias.
"Pasti kemerdekaan ya?" Papanya hanya tertawa dan melanjutkan penjelasan tentang nama anak perempuannya tersebut.
"Dirgahayu itu..artinya kesejahteraan. Nah kalo Sky tau kan?"
"Langit!" Ucap anaknya dengan antusias.
"Jadi arti nama Mechelin Dirgahayu Sky itu, 'Kesejahteraan langit yang bermacam-macam'" ucap papanya sambil mengembangkan senyum yang selalu di sukai oleh anaknya.

Gadis itu akan selalu suka melihat senyum itu. Selalu. Walaupun itu bukan senyum manisnya Harry Styles, tapi gadis itu lebih suka senyum papanya. Papanya sangat suka membuat lelucon untuk membuat anak-anaknya tersenyum. Mungkin itu salah satu kebahagiannya, yang tidak akan tergantikan oleh apapun.

Dulu, sepulang kerja, ketika keluarga itu masih tinggal di gang kecil. Kedua anaknya akan setia menunggu papanya pulang kerja. Mereka akan berlomba-lomba untuk mendapatkan pelukan dan sebuah gendongan dari papa mereka. Walaupun papa mereka lelah, tapi ia sanggup melakukan itu untuk membuat anaknya tersenyum bahagia. Melihat kedua anaknya menantinya sepulang kerja, membuat letih dan beban kerjanya hilang.

Ketika Misel, meminta sesuatu, sang papa akan dengan senang hati "Iya nanti papa beliin" walaupun lama untuk terkabul, tapi papanya akan selalu menepati janjinya. Hingga Misel sangat ingin sekali mempunyai sebuah film kesukaannya. Misel tidak bisa sabar ubtuk yang satu ini. Misel marah, sedih, dan mengurung diri, karena papanya belum bisa membelikannya. Hingga akhirnya papanya datang ke kamarnya, menjelaskan segalanya dan meminta maaf.



"Misel jangan ngambek dong! Kan kalo Misel ngambek, papanya juga sedih. Nanti dicariin di Glodok deh filmnya. Nanti papa juga yang temenin Misel cari filmnya. Sekarang jangan marah lagi yah?"

sang gadis menangis keras di pelukan papanya. Dia memang sudah beranjak remaja, dia sudah jarang merasakan hangatnya pelukan papanya. Dan kini ia merasakannya lagi. Betapa tenangnya Misel berada di pelukan papanya.

Misel, pernah gagal dalam menghadapi ujian. Dia takut, sedih, kacau. Mamanya sangat marah kepadanya, tapi.... papanya tetap disana... tersenyum kepada Misel yang sedang menahan air matanya jatuh. Misel yang masih terkejut dengan apa yang baru ia terima, tidak sanggup menahan emosi yang bercampur kekecewaan bergejolak di dirinya. Papanya mendekatinya memeluknya, papanya berusa agar tidak membuat putrinya menangis.

"Sudah jangan nangis, nanti belajar lagi sama papa. Misel pasti bisa?? Nanti, papa yang anterin Misel tes, papa jemput juga. Udah jangan nangis ya?"
Gadis itu tau, dia sudah mengecewakan papa dan mamanya. Tapi, ia takjub bahwa papanya yang tetap berdiri disitu mendukungnya, memotivasinya, dan lagi-lagi membuatnya tersenyum, selalu.

Misel selalu senang bisa menghabiskan waktu berdua bersama papanya. Walaupun itu harus menemani papanya mencari barang-barang, atau menemani papanya kemanapun yang menurut Misel membosankan. Tapi itu akan menjadi hal yang menyenangkan baginya. Karena waktu kebersamaan mereka hanya terbatas. Papanya harus bekerja, dan waktu-waktu seperti ini yang selalu Misel nanti walau membosankan, asal bersama papanya dia senang.

Papanya memang selalu membuatnya tersenyum, memeluknya dengan hangat, membuat lelucon yang selalu berhasil mengembangkan tawa di wajah orang-orang yang dicintainya. Tapi, kali ini, Misel baru melihat betapa papanya kecewa dan marah kepada Misel, karena dia telah menyia-nyiakan tanggung jawab yang sudah di percayai papanya kepada Misel. Misel merasa terpukul dengan kejadian itu. Kini papanya yang tidak mau bicara kepadanya, membuat Misel bingung bagaimana harus memperbaikinya. Misel tidak mau begini terus dengan papanya. Hingga akhirnya Misel minta maaf dan janji akan memperbaiki kesalahannya. Tapi, sejak itu Misel tau, kepercayaan papanya kepadanya sudah berkurang.

Papanya jarang bertanya tentang hal-hal pribadi, seperti teman-teman sekolah, laki-laki, dan kisah asmara. Tapi kala itu, Misel dan papanya membicarakan itu, dan kala itu Misel belum punya kisah asmara. Tapi, Misel senang papanya perhatian kepadanya. 

Papanya sering memberitahu Misel hal-hal baru yang belum Misel tahu. Papanya selalu senang hati, ingin mendengar keluh kesah anak perempuannya ini. Papanya akan dengan senang hati, jika anak perempuannya membagi sebagian bebannya kepadanya. Papanya selalu dengan berani, membiarkan anaknya mandiri. Walaupun ia menyimpan rasa cemas yang sangat didirinya. Berharap putrinya akan baik-baik saja.

Papanya bukan, hanya sekedar seorang papa, sekaligus guru, sahabat, partner, dan superhero. Papanya selalu mengutamakan nilai Matematika dan Bahasa Inggris. Hingga akhirnya papanya tau, putrinya mempunyai kelemahan di Matematika. Mungkin untuk kebanyakan orang tua lain, mereka akan mengajarkan anak-anaknya bahasa inggris, melalu komunikasi sehari-hari. Tetapi, lain hal dengan papanya. Papanya akan selalu mengajarkan anak-anaknya bahasa Jawa dalam komunikasi sehari-hari mereka.

Kini mereka terpisahkan oleh tempat yang jauh. Misel sering mengalami ini, dengan pekerjaan papanya yang selalu berpindah. Kini berbeda, Misel yang pergi untuk sekolah. Misel, ingat ketika pertama kali ia memberitahukan ia diterima disebuah PTN favoritenya melalui SNMPTN. Papanya yang pertama kali bahagia. Ia merasa senang, putrinya bisa sukses dengan caranya sendiri. Papanya tetap mendukungnya, papanya rela berkorban apapun demi anak-anaknya.

Tapi, kini Misel tau, ada rasa tidak rela dan rindu yang menyelubungi pikiran dan hatinya. Tapi, papanya tetap tegar, tersenyum, dan bahagia untuk anak perempuannya itu.

Misel tau, Misel tidak akan bisa menanti ayahnya pulang kerja. Misel tidak akan menyalimi tangan papanya dan mencium pipi papanya sebelum berangkat kerja. Misel akan jarang mendengar suruhan papanya untuk mengambilkan makan, minum, dan lain segalanya. Misel akan jarang mendengar leluconnya lagi. Misel akan jarang menghabiskan waktu bersama dengan papanya. Misel akan jarang melihat senyum yang selalu disukainya. Misel akan jarang mendapatkan pelukan dari papanya. Misel akan jarang mendengar petuah-petuahnya. Misel akan jarang bertukar cerita dengan papanha

Kadang di dalam hati anak perempuannya itu, Misel tidak ingin berubah, Misel tidak ingin tumbuh dewasa. Misel tetap ingin menjadi anak perempuan kesayangan papanya. Misel tetap ingin melakukan hal-hal itu untuk papanya. Tapi, kini Misel harus tetap tumbuh, Misel harus dewasa, Misel harus bisa membahagiakan kedua orang tuanya.

Semuanya akan berubah ketika Misel menjadi dewasa. Kelak tugas papanya akan berhenti untuk menjaga anaknya, melindungi anaknya, kelak pernikahan akan datang.

Tapi, tenang aja, itu masih lama banget. Misel akan berusaha, tetap mendapatkan itu semua, petuah-petuah dari papanya, senyum papanya, pelukan papanya, lelucon papanya, dan semuanya.

Thanks dad, because you already become a great...oh maybe the best incredible freakin' amazing father to me and Veon. Thanks for everything you give it to me, laugh, joke, warm

hug, smile, learn about life, everything. Sorry I can't give what you already give it to me. Because everything that you already give it to me, it's precious... it's wonderful.
I Love You So Much Dad. 


Komentar

Sarmel mengatakan…
nice sel :D
ah, i already miss my father now.hehe

Postingan Populer